Skip to main content

Menjadi Pembelajar Sejati demi Mencapai Profesionalitas Guru? Sulitkah? atau Mudah kah?


Menjadi guru profesional memiliki arti bahwa seorang guru harus menjadi pembelajar sejati.  Sekarang ini bukan zamannya seorang guru memiliki perasaan bahwa dirinya adalah yang "TERPINTAR". Hmmm...apabila perasaan tersebut masih ada dalam diri kamu (especially bagi kamu calon pendidik :D ) maka jelas salah dan jangan berharap dulu bisa menjadi pendidik sejati hehe..
Seorang guru haruslah terus belajar untuk mencapai profesionalitasnya, salah satunya yaitu dengan menjadi pembelajar (maksudnya yaitu ia senantiasa menuntut ilmu demi menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya) dan senantiasa melakukan perubahan perilaku sejalan dengan tugasnya sebagai pembelajar. Belajarnya seorang guru ini, akan membawa ia tumbuh dan berkembang secara profesional.pertumbuhan dan perkembangan itu bersifat kontinue.
Menjadi pembelajar itu sangatlah penting, sehingga hal tersebut harus merupakan agenda pribadi dan terus dijaga agar tetap pada koridornya. Ketika guru menjadi pembelajar, siswa pun akan relatif mudah di dorong menjadi pembelajar. Asumsinya, upaya guru mengubah perilaku siswa akan jauh lebih mudah dengan memberi contoh atau teladan dibandingkan dengan menyuruh. Selain itu, kehadiran guru sebagai pembelajar berperan penting dalam menata lingkungan pembelajaran untuk menemukan kebutuhan siswa sesuai dengan konteks perkembangan zaman.
Seorang guru yang telah menjadi pembelajar sejati, akan menjadikan aktivitas belajar itu menjadi kebutuhan utama, selayaknya orang yang yang terpanggil untuk berpartisipasi pada kegiatan gotong royong, rekreasi, bercengkrama di ruang tamu. Kebutuhan belajar akan menjadi seperti orang yang lapar terdorong untuk makan.
Guru sebagai pembelajar sejati itu dapat kita ketahui melalui beberapa indikator di bawah ini:
1. Seorang guru harus memiliki etos kerja yang baik untuk menjadi pembelajar sejati. Dengan loyalitas kerja ini, perilaku seorang guru dapat diarahkan secara memadai. Sebagai suatu komitmen, para pekerja harus memahami dan menghayati maksud dan isi loyalitas itu, agar dapat mengamalkannya secara aktif dan dinamis. Para pekerja harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai kepada siapa ia harus loyal, dalam bentuk bagaimana loyalitas diwujudkan. Orang yang menaati etika kerja dan memiliki etos kerja  yang tinggi dan kuat, cenderung akan memiliki loyalitas kerja yang baik.
2. Guru sebagai pembelajar sejati yaitu, guru yang menjadikan kegiatan belajar sebagai bagian dari kehidupannya. Belajar merupakan proses mengubah tingkah laku menjadi lebih baik, sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidup. Untuk menjadi pembelajar sejati, terdapat lima pilar utama yang harus dijunjung tingi dalam kesehariannya yaitu:
a. Rasa ingin tahu. Ini merupakan awal mula seseorang untuk menjadi manusia berpengetahuan. Seorang guru yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi merupakan seorang pembelajar sejati. 
b. Optimisme. Ini merupakan modal dasar seorang guru untuk tidak mudah menyerah dengan aneka keadaan.
c. Keikhlasan. Guru yang ikhlas nyaris tidak mengenal lelah, dia selalu bersemangat pada setiap keadaan.
d. Konsistensi. Begitu banyak guru bekerja dalam format “keras kerak, yang tersiram air sedikit saja menjadi lembek” artinya tergoda dengan hal baru lalu meninggalkan keputusan yang telah dibuat dan tengah dicoba dijalankan.
e. Pandangan visione. Maksudnya yaitu pandangan jauh kedepan, melebihi batas pemikiran orang kebanyakan. Guru yang termasuk kelompok ini jarang tergoda untuk melakukan apa saja demi hasil yang instan, mengejar target jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.[1]
3. Peranan guru sebagai pendidik dan pengajar dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kesetabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama terhadap inovasi pendidikan
Sehubungan dengan peranannya sebagai pendidik dan pengajar, guru harus menguasai ilmu, antara lain mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan praktek mendidik, teori kurikulum metode pengajaran, teknologi pendidikan, teori evaluasi dan psikologi belajar, dan sebagainya.
Pelaksanaan peran ini  menuntut keterampilan seperti terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran, menyusun satuan pelajaran, menyampaikan ilmu kepada murid, menggairahkan semangat belajar murid, memilih dan menggunakan alat peraga pendidikan, melakukan penilain hasil belajar murid, terampil menggunakan bahasa yang baik dan benar dan terampil mengatur disiplin kelas dan sebagainya.[1]
4. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah ada yang memang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didik dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas.
5. Tugas utama guru sebagai pembelajar ialah mendidik dan mengajar untuk meningkatkan mutu dirinya. Peningkatan mutu secara kontinu akan muncul, jika guru benar-benar menjadi pembelajar sejati. Tugas seorang pembelajar sejati yaitu mendidik pada dimensi pedagogis yang dimuarakan pada pembentukan siswa sebagai manusia sejati, manusia yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual. Tugas lainnya yaitu mengajar dan menyampaikan mata pelajaran yang bermuara pada pembentukan diri siswa menjadi orang yang cerdas dan berpengetahuan. Tugas lainnya lagi yaitu melatih, tujuannya untuk mengembangkan keterampilan tertentu. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh guru-guru praktik atau guru-guru yang mengajarkan materi yang menuntut keterampilan praktis, bekal hidup yang riil.[1]
6. Seorang guru dikatakan menjadi profesional harus lah memiliki sikap yang baik, karena hal itu menunjukkan bahwa dirinya telah menjadi guru sekaligus pembelajar yang sejati. Karena sebagaiman telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajar sejati harus menunjukkan sikap sebagai teladan muridnya. Oleh karena itu, berikut merupakan ciri-ciri sifat dan sikap guru yang baik, yaitu:
1.      Tidak mudah marah, guru atau pendidik yang baik yaitu guru yang memiliki sifat tidak mudah marah. Ia tetap tenang dan sabar dalam menghadapi berbagai situasi, baik itu situasi terburuk ataupun menyenangkan.
2.      Emosional stabil, artinya guru tersebut tidak selalu menggunakan sentimentalnya dalam melaksanakan tugasnya. Ia menggunakan perasaannya secara proporsional sehingga dapat memperlakukan anak didik secara objektif tetapi penuh dengan perasaan kasih sayang, bukan perasaan subjektif.
3.      Menepati janji, guru yang selalu tepat waktu dalam mengajar dan menepati janjinya akan berwibawa di hadapan anak didiknya.
4.      Tidak berbohong, guru atau pendidik yang  memiliki sikap tidak berbohong dalam segala perbuatannya memungkinkan akan dipercaya oleh orang lain, termasuk anak didiknya.
5.      Jujur,  sikap jujur ini lebih merujuk pada keikhlasan. Sehingga seorang guru harus memiliki keikhlasan dalam menjalankan tugasnya, agar melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan penuh kesungguhan karena yang diharapkannya yaitu ridho Allah SWT.
6.      Tidak suka menggibah (membicarakan orang lain), guru atau pendidik yang bekerja dengan sungguh-sungguh , tidak akan mempunyai cukup waktu untuk membicarakan orang lain. Ia akan memanfaatkan setiap detiknya untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan terutama peserta didiknya.
7.      Tidak suka memfitnah, guru yang baik harus menghindari perbuatan fitnah, karena dampaknya akan sangat negatif. Dengan demikian, tanpa fitnah, akan menciptakan kondisi yang kondusif dalam lingkungan pendidikan.
8.      Disiplin, orang yang disiplin akan mematuhi peraturan yang telah ditentukan atau disepakati bersama. Kedisiplinan akan membawa pada ketercapaian tujuan pendidikan dengan hasil yang maksimal.
9.      Tidak rakus, guru atau pendidik harus memiliki sikap tidak rakus. Seorang guru harus rajin meningkatkan ketaqwaan dan rajin menuntut ilmu sebagai upaya untuk meningkatkan kadar dan derajat hidup dirinya, yang diharapkan berdampak pada anak didiknya.
10.  Optimistis, orang yang optimis selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, sehingga akan memberikan pandangan positif terhadap anak didiknya.
11.  Gesit, bersinonim dengan kata tangkas, cekatan, giat, cepat dan aktif. Guru yang gesit akan menghadapi anak didiknya melalui proses pendidikan secara tangkas,sekatan, giat, cepat dan aktif.
12.  Adil, perilaku adil yaitu perilaku yang proporsional dan selalu memihak atau berdasarkan pada kebenaran.
13.  Pemaaf, guru atau pendidik yang pemaaf akan terbuka hatinya untuk memaafkan kesalahan anak didiknya.
14.  Rapi, penampilan gur atau pendidik secara fisik akan selalu menjadi perhatian anak didik. Oleh karena itu, kerapian guru harus diperhatikan olehnya.
15.  Terampil, guru atau pendidik harus terampil dalam akan dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan karena kecakapan dan kecekatannya.[1]
Masih banyak ciri-ciri guru yang baik lainnya seperti tidak merokok di kelas, ceria, cerdas, cerdik, kaya dengan ilmu, bukan pemalu, berpikir positif, optimis, rajin, sabar, peka terhadap lingkungan, bersih, bukan pendiam, tidak egois, kreatif, inovatif, dan produktif.
Untuk menjadi guru yang baik, harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu:
a.       Guru harus berijazah, yang dimaksud ijazah disini adalah ijazah yang dapat memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai seorang guru di suatu sekolah tertentu.
b.      Guru harus sehat rohani dan jasmani. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan salah satu syarat penting dalam setiap pekerjaan. Karena orang tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika ia diserang suatu penyakit. Sebagai seorang guru syarat tersebut merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan.
c.       Guru harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik. sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia susila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka sudah selayaknya guru sebagai pendidik harus dapat menjadi contoh dalam melaksanakan ibadah dan berkelakuan baik.
d.     Guru haruslah orang yang bertanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik, pembelajar, dan pembimbing bagi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung yang telah dipercayakan orangtua/wali kepadanya hendaknya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, guru juga bertanggung jawab terhadap keharmonisan perilaku masyarakat dan linkungan sekitarnya.
e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai bahasa dan adat istiadat berlainan. Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan tugas utama seorang guru, karena itulah seorang guru harus terlebih dahulu berjiwa nasional.[2]

[1] Prof. Dr. H. Mohamad Surya, dkk, Op, Cit., hlm. 15-18.
[2] Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M. Pd., Op, Cit., hlm 29.


[1] Prof. Dr. Sudarwan Danim., Op, Cit., hlm. 210.

[1] Prof. Dr. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) hlm. 42-43.

[1] Prof. Dr. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011) hlm. 208.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Riba, Bank, Asuransi

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Fiqih merupakan bidang ilmu yang membahas tentang hukum-hukum amaliyyah mustanbathah (praktis) yang diambil dari dalil-dalilnya secara terinci. Adapun fiqih muamalah adalah salah satu dari cabang fiqih, yang mana di dalamnya mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lain, atau antara individu dengan negara Islam, dan negara Islam dengan negara lain. Adapun dalam pembahasan kali ini akan dibahas mengenai riba, bank dan asuransi, dimana ketiganya merupakan bagian dari fiqih muamalah. Riba, bank dan asuransi merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian di suatu negara, termasuk di Indonesia. Ketiganya sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Riba merupakan bentuk suatu penambahan dari pembayaran yang telah jatuh tempo. Banyak orang yang menyamakan riba dengan kegiatan jual beli. Anggapan tersebut jelaslah salah, karena keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok yang dapat dilihat dari aktiv

Theory of Personality's Carl Rogers

KEPRIBADIAN DALAM PANDANGAN CARL ROGERS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah: Psikologi Kepribadian Dosen Pengampu: Dr. H. Wawan. A. Ridwan, M.Ag Oleh: EvieNurjanah               14121110051 JurusanPAI-B/semester-VI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON TAHUN 2015 M/1437 H KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas mandiri mata kuliah Materi SKI di MA ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.         Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Kepribadian dalam Pandangan Carl Rogers”. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun ma