Menjadi guru profesional memiliki arti bahwa seorang guru harus menjadi pembelajar sejati. Sekarang ini bukan zamannya seorang guru memiliki perasaan bahwa dirinya adalah yang "TERPINTAR". Hmmm...apabila perasaan tersebut masih ada dalam diri kamu (especially bagi kamu calon pendidik :D ) maka jelas salah dan jangan berharap dulu bisa menjadi pendidik sejati hehe..
Seorang guru haruslah terus belajar
untuk mencapai profesionalitasnya, salah satunya yaitu dengan menjadi
pembelajar (maksudnya yaitu ia senantiasa menuntut ilmu demi menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya) dan senantiasa melakukan perubahan perilaku sejalan dengan tugasnya
sebagai pembelajar. Belajarnya seorang guru ini, akan membawa ia tumbuh dan
berkembang secara profesional.pertumbuhan dan perkembangan itu bersifat
kontinue.
Menjadi pembelajar itu sangatlah
penting, sehingga hal tersebut harus merupakan agenda pribadi dan terus dijaga
agar tetap pada koridornya. Ketika guru menjadi pembelajar, siswa pun akan
relatif mudah di dorong menjadi pembelajar. Asumsinya, upaya guru mengubah
perilaku siswa akan jauh lebih mudah dengan memberi contoh atau teladan dibandingkan dengan
menyuruh. Selain itu, kehadiran guru sebagai pembelajar berperan penting dalam
menata lingkungan pembelajaran untuk menemukan kebutuhan siswa sesuai dengan konteks perkembangan zaman.
Seorang
guru yang telah menjadi pembelajar sejati, akan menjadikan aktivitas belajar
itu menjadi kebutuhan utama, selayaknya orang yang yang terpanggil untuk
berpartisipasi pada kegiatan gotong royong, rekreasi, bercengkrama di ruang
tamu. Kebutuhan belajar akan menjadi seperti orang yang lapar terdorong untuk makan.
Guru sebagai pembelajar sejati itu dapat kita ketahui melalui beberapa indikator di bawah ini:
1. Seorang guru harus memiliki etos
kerja yang baik untuk menjadi pembelajar sejati. Dengan loyalitas kerja ini,
perilaku seorang guru dapat diarahkan secara memadai. Sebagai suatu komitmen,
para pekerja harus memahami dan menghayati maksud dan isi loyalitas itu, agar
dapat mengamalkannya secara aktif dan dinamis. Para pekerja harus memiliki
pemahaman yang jelas mengenai kepada siapa ia harus loyal, dalam bentuk
bagaimana loyalitas diwujudkan. Orang yang menaati etika kerja dan memiliki
etos kerja yang tinggi dan kuat,
cenderung akan memiliki loyalitas kerja yang baik.
2. Guru sebagai pembelajar sejati yaitu, guru yang menjadikan kegiatan
belajar sebagai bagian dari kehidupannya. Belajar merupakan proses mengubah
tingkah laku menjadi lebih baik, sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan
hidup. Untuk menjadi pembelajar sejati, terdapat lima pilar utama yang harus
dijunjung tingi dalam kesehariannya yaitu:
a. Rasa
ingin tahu. Ini merupakan awal mula seseorang untuk menjadi manusia
berpengetahuan. Seorang guru yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
merupakan seorang pembelajar sejati.
b. Optimisme.
Ini merupakan modal dasar seorang guru untuk tidak mudah menyerah dengan aneka
keadaan.
c. Keikhlasan.
Guru yang ikhlas nyaris tidak mengenal lelah, dia selalu bersemangat pada
setiap keadaan.
d. Konsistensi.
Begitu banyak guru bekerja dalam format “keras kerak, yang tersiram air sedikit
saja menjadi lembek” artinya tergoda dengan hal baru lalu meninggalkan
keputusan yang telah dibuat dan tengah dicoba dijalankan.
e. Pandangan
visione. Maksudnya yaitu pandangan jauh kedepan, melebihi batas pemikiran orang
kebanyakan. Guru yang termasuk kelompok ini jarang tergoda untuk melakukan apa
saja demi hasil yang instan, mengejar target jangka pendek dengan mengorbankan
kepentingan jangka panjang.[1]
3. Peranan guru sebagai pendidik dan pengajar dapat dilaksanakan bila
guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu. Guru akan mampu
mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kesetabilan emosi, memiliki rasa
tanggung jawab yang besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis,
bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan, terutama
terhadap inovasi pendidikan
Sehubungan dengan peranannya sebagai pendidik dan pengajar, guru
harus menguasai ilmu, antara lain mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai
bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang bertalian dengan mata pelajaran atau
bidang studi yang diajarkannya, menguasai teori dan praktek mendidik, teori
kurikulum metode pengajaran, teknologi pendidikan, teori evaluasi dan psikologi
belajar, dan sebagainya.
Pelaksanaan
peran ini menuntut keterampilan seperti
terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran, menyusun satuan pelajaran,
menyampaikan ilmu kepada murid, menggairahkan semangat belajar murid, memilih
dan menggunakan alat peraga pendidikan, melakukan penilain hasil belajar murid,
terampil menggunakan bahasa yang baik dan benar dan terampil mengatur disiplin
kelas dan sebagainya.[1]
4. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai
citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa
ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat
terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari,
apakah ada yang memang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada
anak didik dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik
dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas.
5. Tugas utama guru sebagai pembelajar
ialah mendidik dan mengajar untuk meningkatkan mutu dirinya. Peningkatan mutu
secara kontinu akan muncul, jika guru benar-benar menjadi pembelajar sejati.
Tugas seorang pembelajar sejati yaitu mendidik pada dimensi pedagogis yang
dimuarakan pada pembentukan siswa sebagai manusia sejati, manusia yang memiliki
keseimbangan antara kecerdasan emosional, spiritual dan intelektual. Tugas
lainnya yaitu mengajar dan menyampaikan mata pelajaran yang bermuara pada
pembentukan diri siswa menjadi orang yang cerdas dan berpengetahuan. Tugas
lainnya lagi yaitu melatih, tujuannya untuk mengembangkan keterampilan
tertentu. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh guru-guru praktik atau
guru-guru yang mengajarkan materi yang menuntut keterampilan praktis, bekal
hidup yang riil.[1]
6. Seorang guru dikatakan menjadi profesional harus lah memiliki sikap
yang baik, karena hal itu menunjukkan bahwa dirinya telah menjadi guru
sekaligus pembelajar yang sejati. Karena sebagaiman telah disebutkan sebelumnya
bahwa pembelajar sejati harus menunjukkan sikap sebagai teladan muridnya. Oleh
karena itu, berikut merupakan ciri-ciri sifat dan sikap guru yang baik, yaitu:
1.
Tidak
mudah marah, guru atau pendidik yang baik yaitu guru yang memiliki sifat tidak
mudah marah. Ia tetap tenang dan sabar dalam menghadapi berbagai situasi, baik
itu situasi terburuk ataupun menyenangkan.
2.
Emosional
stabil, artinya guru tersebut tidak selalu menggunakan sentimentalnya dalam
melaksanakan tugasnya. Ia menggunakan perasaannya secara proporsional sehingga
dapat memperlakukan anak didik secara objektif tetapi penuh dengan perasaan
kasih sayang, bukan perasaan subjektif.
3.
Menepati
janji, guru yang selalu tepat waktu dalam mengajar dan menepati janjinya akan
berwibawa di hadapan anak didiknya.
4.
Tidak
berbohong, guru atau pendidik yang
memiliki sikap tidak berbohong dalam segala perbuatannya memungkinkan
akan dipercaya oleh orang lain, termasuk anak didiknya.
5.
Jujur, sikap jujur ini lebih merujuk pada
keikhlasan. Sehingga seorang guru harus memiliki keikhlasan dalam menjalankan
tugasnya, agar melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan penuh
kesungguhan karena yang diharapkannya yaitu ridho Allah SWT.
6.
Tidak
suka menggibah (membicarakan orang lain), guru atau pendidik yang bekerja
dengan sungguh-sungguh , tidak akan mempunyai cukup waktu untuk membicarakan
orang lain. Ia akan memanfaatkan setiap detiknya untuk hal-hal yang bermanfaat
bagi diri, keluarga dan terutama peserta didiknya.
7.
Tidak
suka memfitnah, guru yang baik harus menghindari perbuatan fitnah, karena
dampaknya akan sangat negatif. Dengan demikian, tanpa fitnah, akan menciptakan
kondisi yang kondusif dalam lingkungan pendidikan.
8.
Disiplin,
orang yang disiplin akan mematuhi peraturan yang telah ditentukan atau
disepakati bersama. Kedisiplinan akan membawa pada ketercapaian tujuan
pendidikan dengan hasil yang maksimal.
9.
Tidak
rakus, guru atau pendidik harus memiliki sikap tidak rakus. Seorang guru harus
rajin meningkatkan ketaqwaan dan rajin menuntut ilmu sebagai upaya untuk
meningkatkan kadar dan derajat hidup dirinya, yang diharapkan berdampak pada
anak didiknya.
10.
Optimistis,
orang yang optimis selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala kemungkinan
yang terjadi, sehingga akan memberikan pandangan positif terhadap anak
didiknya.
11.
Gesit,
bersinonim dengan kata tangkas, cekatan, giat, cepat dan aktif. Guru yang gesit
akan menghadapi anak didiknya melalui proses pendidikan secara tangkas,sekatan,
giat, cepat dan aktif.
12.
Adil,
perilaku adil yaitu perilaku yang proporsional dan selalu memihak atau
berdasarkan pada kebenaran.
13.
Pemaaf,
guru atau pendidik yang pemaaf akan terbuka hatinya untuk memaafkan kesalahan
anak didiknya.
14.
Rapi,
penampilan gur atau pendidik secara fisik akan selalu menjadi perhatian anak
didik. Oleh karena itu, kerapian guru harus diperhatikan olehnya.
15.
Terampil,
guru atau pendidik harus terampil dalam akan dapat melaksanakan tugasnya dengan
tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan karena kecakapan dan
kecekatannya.[1]
Masih banyak ciri-ciri guru yang baik lainnya seperti tidak merokok
di kelas, ceria, cerdas, cerdik, kaya dengan ilmu, bukan pemalu, berpikir
positif, optimis, rajin, sabar, peka terhadap lingkungan, bersih, bukan
pendiam, tidak egois, kreatif, inovatif, dan produktif.
Untuk menjadi guru yang baik, harus memenuhi syarat-syarat yang
telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu:
a.
Guru
harus berijazah, yang dimaksud ijazah disini adalah ijazah yang dapat memberi
wewenang untuk menjalankan tugas sebagai seorang guru di suatu sekolah
tertentu.
b.
Guru
harus sehat rohani dan jasmani. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan salah
satu syarat penting dalam setiap pekerjaan. Karena orang tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik jika ia diserang suatu penyakit. Sebagai
seorang guru syarat tersebut merupakan syarat mutlak yang tidak dapat
diabaikan.
c.
Guru
harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik. sesuai dengan
tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia susila yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, maka sudah selayaknya guru sebagai pendidik harus dapat menjadi
contoh dalam melaksanakan ibadah dan berkelakuan baik.
d. Guru
haruslah orang yang bertanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab seorang guru
sebagai pendidik, pembelajar, dan pembimbing bagi peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung yang telah dipercayakan orangtua/wali kepadanya
hendaknya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, guru juga
bertanggung jawab terhadap keharmonisan perilaku masyarakat dan linkungan
sekitarnya.
e. Guru
di Indonesia harus berjiwa nasional. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
suku bangsa yang mempunyai bahasa dan adat istiadat berlainan. Untuk menanamkan
jiwa kebangsaan merupakan tugas utama seorang guru, karena itulah seorang guru
harus terlebih dahulu berjiwa nasional.[2]
[1] Prof. Dr. H.
Mohamad Surya, dkk, Op, Cit., hlm. 15-18.
[2] Prof. Dr.
Hamzah B. Uno, M. Pd., Op, Cit., hlm 29.
[1] Prof. Dr.
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) hlm. 42-43.
Comments
Post a Comment